Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2022, Indonesia mencatatkan jumlah sampah yang dikelola sebesar 14,03 juta ton pada 2022. Salah satu permasalahan lingkungan yang perlu mendapatkan perhatian serius di Indonesia adalah limbah kain perca. Jenis limbah ini sulit diolah karena termasuk dalam kategori anorganik yang tidak mudah terurai, sehingga tidak dapat dikompos. Oleh karena itu, baik masyarakat maupun pemerintah perlu memberikan perhatian lebih terhadap masalah ini.
Di tengah era modernisasi, tren thrifting telah muncul. Thrifting merupakan kegiatan membeli pakaian bekas layak pakai, yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu “thrift” yang mengacu pada penggunaan uang dan barang secara efisien. Fenomena thrifting fashion menjadi alternatif bagi banyak kalangan untuk memenuhi kebutuhan berpakaian dengan harga yang lebih terjangkau. Awalnya, thrifting bertujuan untuk mengatasi isu lingkungan, namun seiring berjalannya waktu, impor pakaian bekas di Indonesia terus meningkat, menyebabkan penumpukan limbah kain yang semakin memperparah isu sampah di negara ini.
Dengan adanya isu ini, maka sebuah kelompok peneliti yang terdiri dari dosen dan mahasiswa Desain Interior FSRD UNS melakukan sebuah pengabdian. Pengabdian tersebut berupa “Workshop Pengolahan Limbah Kain Perca Menjadi Produk Aksesoris Interior” yang dilakukan dengan kerjasama dari Bank Sampah Gulon Asri.
Kegiatan pengabdian berhasil dihadiri oleh 10 ibu-ibu anggota aktif Bank Sampah Gulon Asri. Workshop ini dimulai tepat pada pukul 09.00 pagi, dengan sambutan dari perwakilan penyelenggara dan peserta pengabdian. Selama acara, peserta terlihat antusias dan sangat memperhatikan pemaparan materi tentang isu lingkungan terkini. Mereka menyadari pentingnya peran partisipatif dan inovatif dalam mengatasi masalah sampah, terutama limbah kain perca.
Selama sesi workshop, peserta diberi opsi desain produk yang menarik oleh mahasiswa yang menjadi pendamping. Mereka kemudian dibagi menjadi lima kelompok untuk menciptakan produk berdasarkan desain yang telah dipilih. Dalam suasana yang positif, peserta dengan semangat memotong, menyambung, dan menjahit kain perca untuk menciptakan produk-produk kreatif.
Metode workshop ini memberikan dampak yang baik bagi peserta, karena mereka belajar tentang kreativitas dalam mengolah limbah kain perca menjadi produk bernilai tinggi. Selain itu, dukungan intensif dari mahasiswa sebagai pendamping membuat suasana workshop semakin atraktif.
Meskipun waktu terbatas, peserta tetap bersemangat untuk menyelesaikan produk mereka. Namun, mereka berencana untuk melanjutkan kegiatan tersebut dalam kegiatan rutin Bank Sampah Gulon Asri. Tujuan akhir dari workshop ini adalah mendorong peran aktif Bank Sampah Gulon Asri dan masyarakat Jebres dalam penanggulangan dampak sampah kain perca di lingkungan sekitar melalui inovasi yang kreatif.
Penulis: Hikmah Pra Adisa