Bertempat di Teater Besar ISI Surakarta, Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta (03/06/2016), menggelar ujian terbuka disertasi Drs.Sarwono,M.Sn. Dalam ujian tersebut, kandidat membawakan disertasi berjudul “Batik Wonogiren (Estetika Berbasis Kearifan Lokal)” di hadapan para penguji. Promotor dalam ujian ini adalah Prof.Dr.Dharsono,M.Sn dan Co Promotor Adalah Prof.Dr.T.Slamet Suparno,S.Kar. dan Prof.Dr. Soetarno,DEA
Disertasi tersebut Diujikan dihadapan Tim penguji antara lain : Prof.Dr.Sri Rochana W., S.Kar., M.Hum., Dr. Aton Rustandi Mulyana, S.Sn.,M.Sn., Dr.Guntur, M.Hum., Prof. Dr. Yusuf Affendi Djalari,M.A., Prof.Dr.SP Gustami, S.U.,Dr.Sarah Rum Handayani, M.Hum. Dalam persentasi disertasinya, Beliau meng Disertasi ini dengan judul Batik Tradisi Wonogiren (Estetika dan Makna Berbasis Kearifan Lokal) memiliki tujuan untuk membahas batik Wonogiren dalam estetika bentuk dan makna berdasar kearifan local dalam kontribusi untuk menemukan serta membangun konsep. Pendekatan penelitian menggunakan interpretasi budaya, estetika dan simbol dalam batik Wonogiren.
Visualisasi Batik Wonogiren dipengaruhi oleh pengalaman dan wawasan penciptanya. Faktor sejarah keberadaan para pembatik Pura Mangkunagaran yang mengembangkan usaha di Wonogiri, menjadi awal tumbuhnya keahlian para pengusaha dan perajin di Kecamatan Tirtomoyo dalam menghasilkan motif- motif batik untuk .membangun .kansep dengan menemukan aspek-aspek estetik, Aspek estetik yang dibangun meliputi pertimbangan latar belakang budaya, lingkungan, teknik sebagai cirri khas, material, fungsi dan pasar dalam konsep estetika bentuk dan makna. Makna dalam budaya Jawa memiliki nilai tentang tuntunan, peuah, ajaran dan etika. Pada umumnya perajin Batik Wonogiren memvisualisasikan karya atau mengekspresikankan idenya ke dalam bentuk dua dimensi secara instingtif, bahkan hanya menuruti kepekaan rasa yang terlatih karena kebiasaan membatik. Budaya dan sosial adalah pertimbangan yang saling terkait dan mempengaruhi pengembangan desain Batik Wonogiren. Faktor budaya bersifat makro yang secara langsung mempengaruhi visualisasi motif Batik Wonogiren. Faktor tersebut meliputi kontak antar daerah pembatikan, kepercayaan, adat istiadat yang dipengaruhi budaya tradisi Surakarta, letak geografis daerah pembuat batik, dan keadaan alam sekitar. Faktor sosial bersifat mikro yang memberi sumbangan pengembangan estetika Batik Wonogiren, hidup dalam masyarakat berupa sifat dan tata aturan kehidupan di daerah