Para peserta yakni merupakan mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Desain Interior FSRD UNS dan Arsitektur FT UNS.Dipandu oleh moderator dari Dosen Program Studi Desain Interior Bapak Pandu Purwandaru, S.Ds., M.Ds., Ph.D. Dihadiri oleh Kepala Program Studi S-1 Desain Interior Bapak Ambar Mulyono, S.Sn.,M.T., Ph.D.
Acara dibuka oleh Bapak Ambar Mulyono, S.Sn.,M.T., Ph.D. dengan memberikan sepatah kata sambutan. Beliau berharap dengan adanya kegiatan ini mahasiswa dapat belajar mengenai desain produk dan bagaimana strategi pemasarannya di industri.
Selanjutnya adalah acara inti oleh Assistant Professor Aoki Hironobu, Ph.D. dari Design Culture Laboratory Chiba University. Dalam presentasinya Sensei Aoki menyampaikan pengenalan tentang Kampus Chiba University. Ia juga memaparkan bagaimana sebuah proses desain didapat dari sebuah budaya yang ada di Jepang. Proses desain yang terjadi akan berkelanjutan sebagai kekayaan yang baru.
Terdapat 3 tahapan yang dipaparkan Aoki Hironobu, Ph.D.
Dimulai dari mencari dan menemukan kekayaan di masyarakat yang kemudian diolah dalam proses desain serta dikembalikan kepada masyarakat lokal.
Proses pencarian dan penemuan kekayaan di masyarakat dilakukan dengan survei lapangan serta wawancara. Menurut Aoki Hironobu, Ph.D., masyarakat akan lebih antusias dalam menceritakan sebuah peristiwa apabila terdapat foto atau gambar.
“Saat manusia melihat foto, mereka akan melihat kembali hal-hal yang sebelumnya mereka kurang ingat,” ujar Aoki Hironobu, Ph.D.
Penyurvei juga mencari tahu seputar benda-benda yang khas digunakan dalam budaya masyarakat setempat hingga legenda-legenda lokal. Informasi dihimpun dalam sebuah catatan-catatan kecil. Hal tersebut dilakukan oleh para penyurvei yang umumnya mahasiswa dari Aoki Hironobu, Ph.D.
Semua informasi yang diperoleh kemudian ditransformasi ke dalam suatu desain yang merepresentasikan kekayaan budaya setempat. Desain ini nantinya dapat diaplikasikan ke beberapa contoh produk.
Meskipun mendesain banyak hal, aktivitas seorang pendesain tidak terbatas hanya pada hal tersebut. Hal terpenting adalah bagaimana pendesain dapat memanfaatkan kekayaan informasi yang telah didapat serta diproses menjadi sebuah desain.
“Yang paling terpenting adalah bagaimana kita dapat memanfaatkan resource yang telah kita dapatkan dan kita proses menjadi sebuah desain. Jadi tujuannya bukan hanya membuat desain tetapi bagaimana memanfaatkan resource,” penjelasan Aoki Hironobu, Ph.D.
Aoki Hironobu, Ph.D, menceritakan pengalamannya meneliti dan mengobservasi artefak sejarah yang ada di Chiba, Jepang. Ia mengkhawatirkan akan risiko hilangnya struktur sejarah yang terdapat di sana. Ada beberapa faktor yang berpengaruh seperti penuaan artefak, bencana alam, pencurian, serta vandalisme.
Sebagai upaya preventif, Aoki Hironobu, Ph.D., menggunakan 3D untuk menjaga kelestarian dari objek bersejarah. Salah satu metodenya menggunakan Handy Type 3D Scanner dan Photogrammetery. Metode tersebut menerapkan prinsip Structure for Motion (SfM) dengan meletakkan benda dan mengambil beberapa data foto dari beberapa sudut pandang.
“Ini adalah hal yang menarik karena prosesnya bukan hanya tentang mengambil data 3D tetapi yang paling penting adalah terbentuknya komunikasi antara warga dan pendesain. itulah makna sebenarnya dari proses desain ini,” jelas Aoki Hironobu, Ph.D.
Usai sesi kuliah umum, kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
Antusias peserta terlihat dari banyaknya mahasiswa yang bertanya seputar materi dan pengalaman yang dibagikan. Kegiatan kemudian ditutup dengan sesi foto bersama antara Aoki Hironobu, Dosen dan Mahasiswa UNS.
#designculture
#urbanruraldesignconservation
Humas FSRD UNS 2023